Rabu, 03 Oktober 2012

Mendaki Gunung




Seharusnya tak ada postingan lain yang aku tulis sebelum perjalanan libko selesai dan sebelum aku nulis jalan tuhan untukku part 9. Tapi suasana hati yang tak mengizinkanlah akhirnya adanya ini.
Perjalanan menuju puncak tertinggi....
            Ketika berjalan dari kediaman menuju kaki gunung saat itulah perjalanan yang sesuai dengan kemauanku. Hidupku saat itu sangat aman-aman saja. Sepanjang jalan ada orang-orang aku temui yang mungkin akan membantu. Namun ketika aku berada pada kaki gunung dan harus mendaki puncak tertingginya saat itulah aku merasakan betapa sulitnya ini semua. Memandangkan mata pada puncak tertinggi yang amatlah jauh namun aku harus melewatinya demi masa depanku.
Terlebih tak ada orang yang ada di sisiku, kadang aku menyesali kenapa aku di lahirkan ke dunia yang aku tak merasakan kebahagiaan, namun dia sosok teman yang sangat berharga bagiku mengingatkan “kebahagiaan dalan hidup akan lo rasain saat lo bisa memaknai segala yang terjadi dan bangkit ketika kesedihan itu lo rasain”. Tidak adanya mereka yang mendampingiku untuk menuju puncak tertinggi saat itu membuatku merasa kesepian. Panas, dingin dan berbagai ancaman yang sudah terbayang di kepalaku saat mereka berdua yang mementingkan ego masing-masing.
dan ntah apa yang akan terjadi padaku...
memulai memasuki kawasan yang mungkin akan membuatku takut. Melangkah maju menuju puncak tertinggi. Melangkah sendiri di tengah hutan yang yang tak ku ketahui sebelumnya...
di perjalanan aku melihat seekor anak harimau yang menjerit kesakitan yang kakinya tertusuk kayu yang runcing. Anak harimau.. ya.. akankah aku menolongnya ketika nanti saat dia bebas apakah dia akan menerkamku atau akan pergi meninggalkanku? Akibat yang akan terjadi padaku itu adalah urusan nanti yang paling penting adalah keselamatan bagi yang lain.
“saat aku menemukan orang yang membutuhkanku saat itulah hati ini berkata segera membantu meskipun itu hanya memperlambat langkahku menuju puncak tertinggi”.
mencoba mencabut kayu dari kakinya dalam perasaan yang waswas namun bisa ku lakukan. Saat kayu itu lepas dari kakinya harimau itu menatap dengan tatapan lapar dan mungkin akan membunuhku. Seketika itu pula aku mencoba lagi sekencang-kencangnya hingga aku berdiri di depan jurang yang dalam.
Dia menemukanku, dan melompat menerkamku. Secepat itu juga aku mencoba menghindar.
Suasana mulai diam yang aku mendapati diriku yang ketakukan masih hidup. Anak harimau yang akan memangsaku jatuh ke jurang.
            “tetap menolong orang lain yang membutuhkan meskipun nantinya kita akan dihiananti olehnya, tapi yakin jika itu terjadi akan ada pula ganjaran untuknya atas penghianatannya”
Saat suasanya yang seperti ini aku merasa diriku terancam namun perjalanan ini harus aku selesaikan. Suasana pagi mungkin tepat untuk melakukan perjalanan ini namun aku tak akan bisa bertahan hidup jika tak ada makanan. Aku melirik-lirik sekitar kiranya aku akan menemukan makanan. Ku dapatkan meskipun itu hanya bisa untuk mengganjal perut.
            “apapun hal yang lain yang kamu kerjakan demi bertahan hidup lakukanlah selama yang kamu lakukan tidak bertentangan dengan apa yang Tuhan tunjukkan”.
Melanjutkan perjalanan menuju puncak tertinggi. Mendungpun tampak seakan-akan menemaniku selama perjalanan ini. Hujan deras yang turun saat itu menjadi penghalang untuk melanjutkan perjalanan.  Langkahku kembali terhentikan. Mencoba mencari perlindungan ke pohon-pohon besar meski saja masih terkena hujan. Saat itulah aku melihat akar-akar kayu yang meraih satu sama lain sehingga au bisa berteduh disana.
            “masalah yang datang adalah kesedihan namun dibalik itu semua akan ada yang akan melindungi meskipun itu hal yang tak pernah kita duga sebelumnya.
Hujan terus saja turun hingga senja tiba. Tak mungkin aku melanjutkan perjalananku ini. Istirahat pilihanku saat ini. Mencoba bertahan dalam kondisi yang sangat dingin. Hanya jaket yang bisa buatku bertahan dan lampu senter yang ku bawa bisa mencahayaiku hingga pagi datang.
            “akan ada dia, sosok teman yang kita sayangi mendampingi dalam hidup dan yang paling berharga ada ibu yang selalu menjadi cahaya bagi kita untuk raih puncak tertinggi”.
Masih sepertiga perjalanan, aku yakin akan sampai di puncak tertinggi yang tak bisa di prediksi. Terus berjalan dengan semangat yang membara dan harapan yang besar. Ketika keletihan itu  datang keputus asaan muncul, akankah aku bisa menuju puncak tertinggi atau aku akan mati sendiri di tengah hutan?. Saat itulah aku membutuhkan penyejuk dan ketenangan untuk beristirahat. Air yang ada ku bawa bisa menyejukkankan.
            “selalu meminta perlindungan Tuhan dalam kehidupan dan ingatlah Dia karena iman padanya adalah kunci untuk bisa raih puncak tertinggi”
aku tak tau apa yang akan terjadi sesudah ini. Perjalanan yang masih sangat panjang untukku.
(puncak tertinggi adalah tujuanku dan mungkin aku akan menulis perjalanan ini lagi saat nanti aku sudah berada pada puncaknya yang paling tinggi, segala rintangan yang ku dapat sekarang dalam hidup akan aku jadikan cambuk untuk bisa hidup lebih maju lagi demi mereka yang ku sayangi, keluarga, guru, dan beberapa teman yang aku sangat aku cintai yang selalu bisa menghiburku saat masalah demi masalah yang datang.  Yakinkan hati untuk sampai di puncak tertinggi, amin) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar