Seharusnya tak ada postingan lain yang aku tulis sebelum perjalanan libko
selesai dan sebelum aku nulis jalan tuhan untukku part 9. Tapi suasana hati
yang tak mengizinkanlah akhirnya adanya ini.
Perjalanan menuju puncak tertinggi....
Ketika berjalan dari
kediaman menuju kaki gunung saat itulah perjalanan yang sesuai dengan
kemauanku. Hidupku saat itu sangat aman-aman saja. Sepanjang jalan ada
orang-orang aku temui yang mungkin akan membantu. Namun ketika aku berada pada
kaki gunung dan harus mendaki puncak tertingginya saat itulah aku merasakan
betapa sulitnya ini semua. Memandangkan mata pada puncak tertinggi yang amatlah
jauh namun aku harus melewatinya demi masa depanku.
Terlebih tak ada orang yang ada di sisiku, kadang aku menyesali kenapa aku
di lahirkan ke dunia yang aku tak merasakan kebahagiaan, namun dia sosok teman
yang sangat berharga bagiku mengingatkan “kebahagiaan dalan hidup akan lo
rasain saat lo bisa memaknai segala yang terjadi dan bangkit ketika kesedihan
itu lo rasain”. Tidak adanya mereka yang mendampingiku untuk menuju puncak
tertinggi saat itu membuatku merasa kesepian. Panas, dingin dan berbagai
ancaman yang sudah terbayang di kepalaku saat mereka berdua yang mementingkan
ego masing-masing.
dan ntah apa yang akan terjadi padaku...
memulai memasuki kawasan yang mungkin
akan membuatku takut. Melangkah maju menuju puncak tertinggi. Melangkah sendiri
di tengah hutan yang yang tak ku ketahui sebelumnya...
di perjalanan aku melihat seekor anak harimau
yang menjerit kesakitan yang kakinya tertusuk kayu yang runcing. Anak harimau..
ya.. akankah aku menolongnya ketika nanti saat dia bebas apakah dia akan
menerkamku atau akan pergi meninggalkanku? Akibat yang akan terjadi padaku itu
adalah urusan nanti yang paling penting adalah keselamatan bagi yang lain.
“saat aku menemukan
orang yang membutuhkanku saat itulah hati ini berkata segera membantu meskipun
itu hanya memperlambat langkahku menuju puncak tertinggi”.
mencoba mencabut kayu dari kakinya dalam perasaan yang waswas namun bisa ku
lakukan. Saat kayu itu lepas dari kakinya harimau itu menatap dengan tatapan
lapar dan mungkin akan membunuhku. Seketika itu pula aku mencoba lagi
sekencang-kencangnya hingga aku berdiri di depan jurang yang dalam.
Dia menemukanku, dan melompat menerkamku. Secepat itu juga aku mencoba
menghindar.
Suasana mulai diam yang aku mendapati diriku yang ketakukan masih hidup.
Anak harimau yang akan memangsaku jatuh ke jurang.
“tetap menolong orang
lain yang membutuhkan meskipun nantinya kita akan dihiananti olehnya, tapi
yakin jika itu terjadi akan ada pula ganjaran untuknya atas penghianatannya”
Saat suasanya yang seperti ini aku merasa diriku terancam namun perjalanan
ini harus aku selesaikan. Suasana pagi mungkin tepat untuk melakukan perjalanan
ini namun aku tak akan bisa bertahan hidup jika tak ada makanan. Aku
melirik-lirik sekitar kiranya aku akan menemukan makanan. Ku dapatkan meskipun
itu hanya bisa untuk mengganjal perut.
“apapun hal yang lain
yang kamu kerjakan demi bertahan hidup lakukanlah selama yang kamu lakukan tidak
bertentangan dengan apa yang Tuhan tunjukkan”.
Melanjutkan perjalanan menuju puncak tertinggi. Mendungpun tampak
seakan-akan menemaniku selama perjalanan ini. Hujan deras yang turun saat itu
menjadi penghalang untuk melanjutkan perjalanan. Langkahku kembali terhentikan. Mencoba
mencari perlindungan ke pohon-pohon besar meski saja masih terkena hujan. Saat
itulah aku melihat akar-akar kayu yang meraih satu sama lain sehingga au bisa
berteduh disana.
“masalah yang datang
adalah kesedihan namun dibalik itu semua akan ada yang akan melindungi meskipun
itu hal yang tak pernah kita duga sebelumnya.
Hujan terus saja turun hingga senja tiba. Tak mungkin aku melanjutkan
perjalananku ini. Istirahat pilihanku saat ini. Mencoba bertahan dalam kondisi
yang sangat dingin. Hanya jaket yang bisa buatku bertahan dan lampu senter yang
ku bawa bisa mencahayaiku hingga pagi datang.
“akan ada dia, sosok
teman yang kita sayangi mendampingi dalam hidup dan yang paling berharga ada
ibu yang selalu menjadi cahaya bagi kita untuk raih puncak tertinggi”.
Masih sepertiga perjalanan, aku yakin akan sampai di puncak tertinggi yang
tak bisa di prediksi. Terus berjalan dengan semangat yang membara dan harapan
yang besar. Ketika keletihan itu datang
keputus asaan muncul, akankah aku bisa menuju puncak tertinggi atau aku akan
mati sendiri di tengah hutan?. Saat itulah aku membutuhkan penyejuk dan
ketenangan untuk beristirahat. Air yang ada ku bawa bisa menyejukkankan.
“selalu meminta
perlindungan Tuhan dalam kehidupan dan ingatlah Dia karena iman padanya adalah
kunci untuk bisa raih puncak tertinggi”
aku tak tau apa yang akan terjadi sesudah ini. Perjalanan yang masih sangat
panjang untukku.
(puncak tertinggi adalah tujuanku dan mungkin aku akan menulis perjalanan
ini lagi saat nanti aku sudah berada pada puncaknya yang paling tinggi, segala
rintangan yang ku dapat sekarang dalam hidup akan aku jadikan cambuk untuk bisa
hidup lebih maju lagi demi mereka yang ku sayangi, keluarga, guru, dan beberapa
teman yang aku sangat aku cintai yang selalu bisa menghiburku saat masalah demi
masalah yang datang. Yakinkan hati untuk
sampai di puncak tertinggi, amin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar